Kalau lo ngikutin dunia teknologi, terutama soal prosesor dan komputer, lo pasti pernah denger istilah “Hukum Moore” atau “Moore’s Law”. Selama puluhan tahun, hukum ini jadi kayak ramalan suci yang jadi motor penggerak inovasi di Silicon Valley. Bunyinya, secara sederhana, adalah “jumlah transistor dalam sebuah sirkuit terpadu (IC) akan berlipat ganda kira-kira setiap dua tahun.”
Artinya apa? Artinya, kekuatan komputasi (kecepatan prosesor) bakal meningkat secara eksponensial. Smartphone di kantong lo sekarang itu punya kekuatan komputasi jutaan kali lipat lebih besar dari komputer Apollo 11 yang ngebawa manusia ke bulan. Gila, kan? Semua itu berkat Hukum Moore.
Tapi belakangan ini, makin banyak yang bilang, “Hukum Moore sudah mati.” atau “Hukum Moore melambat.” Apa bener begitu? Apakah ramalan yang udah jadi pegangan selama 50 tahun ini akhirnya sampai di penghujung jalannya? Yuk, kita bedah.
Kenapa Hukum Moore Bisa Bertahan Begitu Lama?

Hukum Moore ini sebenernya bukan hukum fisika, tapi sebuah observasi dan prediksi yang dibuat oleh salah satu pendiri Intel, Gordon Moore, pada tahun 1965. Prediksi ini jadi kenyataan karena seluruh industri semikonduktor menjadikannya sebagai target. Mereka berlomba-lomba untuk mengecilkan ukuran transistor biar bisa muat lebih banyak di dalam sekeping silikon.
Transistor yang lebih kecil dan lebih banyak berarti:
- Performa Lebih Cepat: Jarak tempuh sinyal listrik jadi lebih pendek.
- Lebih Hemat Daya: Butuh lebih sedikit energi untuk beroperasi.
- Lebih Murah: Biaya produksi per transistor jadi turun.
Hasilnya bisa kita rasain langsung. Laptop makin tipis tapi makin kenceng. HP makin canggih. Harga perangkat elektronik makin terjangkau. Semua ini adalah buah dari perlombaan untuk menepati janji Hukum Moore.
Tembok Fisika di Depan Mata

Masalahnya, kita sekarang udah sampai di batas fisika. Ukuran transistor modern udah diukur dalam hitungan nanometer (sepermiliar meter). Sebagai perbandingan, sehelai rambut manusia itu tebalnya sekitar 80.000-100.000 nanometer. Transistor terkini udah ada di ukuran 5 nanometer, bahkan 3 nanometer. Ini udah deket banget sama ukuran beberapa atom doang.
Di skala sekecil ini, muncul masalah-masalah fisika kuantum yang aneh. Elektron bisa ‘melompat’ keluar dari jalurnya (quantum tunneling), menyebabkan kebocoran arus dan panas berlebih. Makin kecil transistor, makin susah ngontrol panasnya. Ibaratnya, lo nyoba masukin ribuan kompor yang nyala ke dalam satu kotak korek api. Pasti meleleh, kan? Inilah kenapa kecepatan clock speed prosesor PC udah mentok di sekitar 4-5 GHz selama bertahun-tahun. Nambahin kecepatan lagi cuma bakal bikin prosesornya meleleh.
Jadi, secara harfiah, menggandakan jumlah transistor dengan cara mengecilkannya setiap dua tahun udah jadi hal yang luar biasa sulit dan mahal. Inilah alasan kenapa banyak yang bilang Hukum Moore sudah ‘mati’.
Hukum Moore Tidak Mati, Hanya Berevolusi

Tapi, apa bener mati total? Menurut gue, nggak juga. Hukum Moore nggak mati, tapi ‘roh’-nya berevolusi. Kalau tujuan utamanya adalah “meningkatkan kekuatan komputasi secara eksponensial”, industri teknologi sekarang nemuin cara-cara baru yang lebih kreatif, nggak cuma dengan ngecilin transistor.
Lo pasti suka ini juga, karena inovasi ini yang bikin gadget kita tetep makin canggih:
- Multi-core Processor: Daripada punya satu ‘otak’ yang super kenceng, kenapa nggak punya banyak ‘otak’ yang bekerja barengan? Inilah konsep multi-core. Prosesor di HP lo sekarang punya 8 ‘otak’ (core) atau lebih.
- Arsitektur Khusus (Specialized Architecture): Daripada satu prosesor buat ngerjain semua hal, sekarang ada chip khusus buat tugas-tugas tertentu. Contohnya GPU (Graphics Processing Unit) yang jago buat ngolah grafis dan AI, atau NPU (Neural Processing Unit) di HP buat tugas-tugas machine learning.
- Chiplet Design: AMD mempelopori ide ini. Daripada bikin satu chip raksasa yang monolitik (yang kalo ada cacat dikit, seluruh chip gagal), mereka bikin ‘Lego’ dari chip-chip kecil (chiplet) yang digabung jadi satu. Lebih efisien dan murah.
- Komputasi Kuantum (Quantum Computing): Ini lompatan berikutnya, meskipun masih dalam tahap riset. Komputer kuantum nggak lagi pake transistor, tapi ‘qubit’, dan punya potensi kekuatan komputasi yang jauh melampaui apa yang bisa kita bayangin sekarang.
Jadi, ya, Hukum Moore dalam definisi aslinya (menggandakan transistor setiap dua tahun) mungkin udah di ujung tanduk. Tapi semangat inovasinya, semangat untuk terus melipatgandakan kemampuan komputasi, masih sangat hidup. Perlombaan masih terus berlanjut, arenanya aja yang udah beda. Dan sebagai konsumen, kita yang bakal terus nikmatin hasilnya.












