News Flash

Dampak Teknologi: 80 Juta Pekerjaan Hilang, 67 Juta Pekerjaan Baru Muncul

Strategi Mitigasi Kehilangan 80 Juta Pekerjaan

Kemajuan teknologi tidak hanya membawa inovasi, tetapi juga tantangan besar bagi dunia kerja. Kementerian Koordinator Perekonomian memproyeksikan bahwa sekitar 80 juta lapangan pekerjaan akan hilang akibat perkembangan teknologi yang pesat. Meskipun demikian, teknologi juga diprediksi akan menciptakan 67 juta jenis pekerjaan baru yang memerlukan keterampilan khusus.

Plh Deputi IV Kemenko Perekonomian, Musdhalifah Machmud, mengungkapkan bahwa percepatan teknologi ini menuntut perubahan di berbagai sektor, terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja. “Dengan perkembangan teknologi nanti yang semakin cepat, ada sekitar 80 juta lapangan kerja akan hilang,” ujar Musdhalifah.

Namun, dampak ini tidak sepenuhnya negatif. Musdhalifah juga menyebutkan bahwa ada peluang besar dengan terciptanya jenis pekerjaan baru yang berjumlah sekitar 67 juta, yang membutuhkan kemampuan-kemampuan baru. Ini menjadi sinyal bagi dunia pendidikan dan tenaga kerja untuk beradaptasi dan mempersiapkan diri.

Strategi Mitigasi: Pendidikan dan Kolaborasi

Asisten Deputi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Kemenko Perekonomian, Chairul Saleh, menekankan bahwa hilangnya lapangan pekerjaan akibat teknologi merupakan konsekuensi yang tidak bisa dihindari. Namun, hal ini bisa dimitigasi dengan strategi yang tepat. Salah satu langkah yang diambil adalah revitalisasi sistem pendidikan, terutama pendidikan vokasi yang lebih siap untuk mencetak tenaga kerja yang langsung dapat bekerja.

“Fokus pada vokasi penting karena lulusan tenaga kerja saat ini masih banyak yang pendidikannya menengah ke bawah. Vokasi lebih siap kerja,” jelas Chairul.

Di sisi lain, Chairul juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan industri. Pendekatan kolaboratif ini akan menentukan langkah-langkah strategis yang tepat untuk memastikan kesiapan tenaga kerja menghadapi perubahan di dunia kerja yang semakin didominasi teknologi.

Budaya Long Life Learning

Selain revitalisasi pendidikan dan kolaborasi, pemerintah juga mendorong budaya long life learning atau belajar sepanjang hayat. Salah satu program yang mendukung ini adalah Kartu Prakerja, yang memberikan akses bagi masyarakat untuk meningkatkan keterampilan di luar pendidikan formal.

“Di sini masyarakat bisa terus belajar, jadi bukan hanya belajar di bangku sekolah atau kuliah saja, tetapi juga bisa terus ada maintenance skill yang perlu dijalankan oleh masing-masing individu,” tambah Chairul.

Dengan adanya Kartu Prakerja, tenaga kerja Indonesia diharapkan dapat terus mengembangkan kemampuan mereka, mengikuti perkembangan teknologi, dan tetap relevan di pasar kerja.

Kesimpulan Repiw

Era teknologi membawa tantangan sekaligus peluang bagi dunia kerja. Hilangnya 80 juta lapangan pekerjaan bukanlah akhir dari cerita, melainkan awal dari transformasi besar. Dengan pendidikan yang tepat, kolaborasi yang kuat, dan budaya belajar sepanjang hayat, Indonesia dapat memitigasi dampak negatif sekaligus memanfaatkan peluang yang ada. Adaptasi dan kesiapan menjadi kunci untuk menghadapi masa depan yang semakin didominasi oleh teknologi.

Diskon Referral 20% Cloud Professional Hostinger

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
repiw.com